Rabu, 14 Maret 2012

Cara Menyimpan File di Halaman Web

Halaman web dalam Internet Explorer dapat disimpan ke dalamn file di computer anda. Ini bertujuan nantinya halaman web tersebut dapat dibuka kembali tanpa melakukan koneksi ke internet ( work offline).

Langkah-langkah penyimpanan file halaman web :

1.      di Internet Explorer, klik menu Files lalu pilih Save As.
2.      Tentukan lokasi penyimpanan dalam Save In.
3.      Pada kotak teks File name ketik nama file (atau biasanya nama halaman web telah tersedia klik Save untuk memulai menyimpan.

Senin, 05 Maret 2012

witaa and friend's


Ayah Mengapa Aku Berbeda

Saat aku terlahir di dunia ini, ayahku pernah bercerita kalau ia mendengar suara tangisku yang begitu kencang. Suster dan dokter yang ikut membantu proses kelahiranku begitu bingung karena tidak bisa membuatku terdiam. Mungkin, aku tidak pernah mengerti mengapa aku terus menangis dan tidak bisa dihentikan oleh siapapun selain saat suster kemudian meminta ayahku yang sedang berada diruang tunggu untuk melihatku.

Saat ayah menyentuh jari pertamanya pada wajahku yang lahir prematur, ia menangis dan aku yang awalnya menangis kencang terdiam. Ia langsung mengangkat tubuhku yang disambut sukacita oleh suster-suster yang sejak tadi pusing karena suara tangisku. Ayah mengendongku dengan lembut sambil berkata,
“ Mulai saat ini hanya kamulah yang paling berharga dalam hidup ayah..”

Ya, aku adalah anak yang paling berharga baginya. Kelahiranku adalah sebuah dua sisi yang cukup membuat ayah begitu tertekan. Ibu mengalami pendarahan hebat dan hanya ada sedikit pilihan baginya. Aku yang mati atau ibu yang harus merelakan nyawanya. Tapi ibu memilih untuk melahirkanku kebanding harus mengarborsi bayi yang ada di kandungannya selama 7 bulan. Ia melupakan semua saran dokter demi aku. Sang janin kecil yang terus membuat nyawanya terancam.
Suster kemudian bertanya kepada ayah ketika melihatku mulai terdiam.

“ Anak ini ingin diberikan nama apa pak?” Tanya suster itu pada ayah.
“ Angel.. berikan nama dia Angel..” kata ayah.
Angel, nama yang ayah berikan kepadaku untuk mengenang ibu yang juga bernama Angel. Mereka memiliki rahasia mengapa aku diberikan nama itu dan aku hanya akan tau disaat usiaku nanti besar. Setelah aku tenang, ayah kembali memberikan aku kepada suster yang langsung memberikan aku perawatan intensif.

Karena aku lahir prematur, aku harus dirawat untuk waktu yang cukup lama hingga aku bisa keluar dari rumah sakit. Ayah yang bingung, kemudian meminta ibunya untuk membantu aku. Nenekku yang berasal dari Kota kemudian datang dan ikut bersama-sama dengan ayah untuk merawatku. Ayah belajar banyak untuk menjadi seorang ibu bagiku. Nenek dengan tekun melatihnya. Ia mengajarinya banyak hal dengan teliti.

Ayah belajar bagaimana untuk menganti popokku, bagaimana untuk membuatku mandi dengan benar lalu membuat susu yang baik bagiku. Bersama kedua malaikat itu, aku pun tumbuh dengan berjalannya waktu. Mereka berdua bergantian menjagaku, bila ayah harus bekerja, nenek dengan siaga menjagaku begitu sebaliknya bila nenek sedang beristirahat, ayah akan menjagaku dengan sungguh-sungguh agar tidak menangis dan menganggu istirahat nenek.
Sampai akhirnya ketika usiaku menginjak 3 tahun. Ayah mulai merasa aneh dengan sikapku yang selalu tidak peduli terhadap panggilannya.

Ia memberikan aku banyak mainan boneka dan aku sangat suka bermain dengan boneka-boneka yang ayah bawakan setiap ia pulang kerja. Disaat aku bermain boneka, ayah memandangku. Sedangkan nenek sedang membuatku aku bubur untuk makan malamku.
“ Angel ..” teriak ayah padaku yang sedang asyik bermain boneka sapi kartun lucu.

Ia kemudian mendekatiku, lalu membelakangi tubuhku, ia mengunakan dua tangannya diatas kepalaku. Sambil menepuk keduanya dengan kencang tepat di belakang kepalaku. Ayah melakukannya berulang-ulang hingga ia berhenti dan menarik nafas panjang. Nenek melihat tingkah ayah dan bertanya.
“ Sedang apa kamu Martin?” nama ayahku.
“ Ibu, aku merasa Angel tidak bisa mendengar apa yang aku lakukan, bahkan ia tidak bisa merespon tepukan tangan tepat di belakangnya. Bila ia bisa mendengar.. harusnya ia akan terkejut..tapi ia diam saja.”
Nenek meletakan bubur di mangkok tangannya diatas meja.
“ Ibu juga merasa ada yang tidak beres, bagaimana kalau kita coba bawa ke dokter. Mungkin mereka bisa menemukan jawabannya..”
“ Baiklah bu. Aku akan mandi setelah ibu kita pergi..”

Sesungguhnya perasaan cemas aku tidak bisa merespon dan mendengar apapun yang ayah perintahkan sudah sejak lama ayah simpan. Tapi ia mencoba berpikir positif hingga akhirnya hari ini ia benar-benar harus mencoba mencari tau apa yang terjadi padaku. Setelah aku menikmati semangkok bubur dan merasa kenyang aku tertidur dan ketika terbangun, aku sudah ada di rumah sakit dengan dokter yang sedang memeriksa telingaku dengan sentel kecil berwarna putih yang cukup aneh bagiku. Dokter perempuan itu tersenyum padaku lalu aku langsung diajak oleh nenekku untuk jalan-jalan disekitar ruangan rumah sakit.

Ayah berbicara dengan dokter Intan yang adalah spesialis telinga.
“ Bagaimana Dok, dengan kondisi Angel, mengapa dia tidak bisa merespon panggilan dan perintah?”
“ Dengan sangat menyesal saya harus mengatakan kalau anak bapak adalah seorang tunarungu..”
“ Tunarungu.. bagaimana bisa?”
“ Melihat catatan kelahiran dan kesehatannya, anak bapak yang lahir secara prematur memiliki banyak hal yang bisa terjadi, tunarungu adalah salah satu yang bisa terjadi pada setiap anak-anak yang terlahir secara prematur.”
Ayah terdiam.
“ Bapak tidak perlu bersedih ataupun panik, saat ini sudah banyak pendidikan dan orang yang hidup dengan kondisi yang sama dengan anak bapak tapi bisa memiliki masa depan yang baik. Bila sejak dini kita mendidik dan mengajarinya, kelak anak itu akan tumbuh seperti anak-anak normal lainnya..”
“ Tapi keadaan ini sangat membuat saya sedih, kasihan anak itu, ia tidak menyadari keadaanya, apa yang harus saya lakukan untuk memberitahunya. Bagaimana caranya ia tau apa yang harus saya jelaskan sedangkan dia sendiri tidak bisa mendengar dan bahkan mengerti apa yang saya katakan.”
“ Begini saja, saya memiliki seorang kenalan yang sudah berpengalaman untuk mendidik dan bagaimana caranya menjadi orang tua tunarungu, mungkin ia akan membantu bapak dalam masalah ini.”

Dengan wajah sedih ayah menerima tawaran dokter itu pada kenalannya. Ia keluar dari ruangan dokter dan aku bersama nenek langsung mendekatinya. Nenek bertanya kepada ayah yang tampak murung.
“ Bagaimana hasilnya, Tin?”
“ Angel positif tunarungu, Bu..”

Nenek ingin menangis ketika mendengarkan kalimat itu keluar dari mulut ayah tapi ia tidak ingin membuat ayah lebih bersedih. Disaat seperti ini, hanya dialah orang yang bisa menghibur dan menguatkan hati ayah untuk terus bersemangat membesarkanku.