Saat aku terlahir di dunia ini, ayahku pernah bercerita kalau ia
mendengar suara tangisku yang begitu kencang. Suster dan dokter yang
ikut membantu proses kelahiranku begitu bingung karena tidak bisa
membuatku terdiam. Mungkin, aku tidak pernah mengerti mengapa aku terus
menangis dan tidak bisa dihentikan oleh siapapun selain saat suster
kemudian meminta ayahku yang sedang berada diruang tunggu untuk
melihatku.
Saat ayah menyentuh jari pertamanya pada
wajahku yang lahir prematur, ia menangis dan aku yang awalnya menangis
kencang terdiam. Ia langsung mengangkat tubuhku yang disambut sukacita
oleh suster-suster yang sejak tadi pusing karena suara tangisku. Ayah
mengendongku dengan lembut sambil berkata,
“ Mulai saat ini hanya kamulah yang paling berharga dalam hidup ayah..”
Ya,
aku adalah anak yang paling berharga baginya. Kelahiranku adalah sebuah
dua sisi yang cukup membuat ayah begitu tertekan. Ibu mengalami
pendarahan hebat dan hanya ada sedikit pilihan baginya. Aku yang mati
atau ibu yang harus merelakan nyawanya. Tapi ibu memilih untuk
melahirkanku kebanding harus mengarborsi bayi yang ada di kandungannya
selama 7 bulan. Ia melupakan semua saran dokter demi aku. Sang janin
kecil yang terus membuat nyawanya terancam.
Suster kemudian bertanya kepada ayah ketika melihatku mulai terdiam.
“ Anak ini ingin diberikan nama apa pak?” Tanya suster itu pada ayah.
“ Angel.. berikan nama dia Angel..” kata ayah.
Angel,
nama yang ayah berikan kepadaku untuk mengenang ibu yang juga bernama
Angel. Mereka memiliki rahasia mengapa aku diberikan nama itu dan aku
hanya akan tau disaat usiaku nanti besar. Setelah aku tenang, ayah
kembali memberikan aku kepada suster yang langsung memberikan aku
perawatan intensif.
Karena aku lahir prematur, aku harus
dirawat untuk waktu yang cukup lama hingga aku bisa keluar dari rumah
sakit. Ayah yang bingung, kemudian meminta ibunya untuk membantu aku.
Nenekku yang berasal dari Kota kemudian datang dan ikut bersama-sama
dengan ayah untuk merawatku. Ayah belajar banyak untuk menjadi seorang
ibu bagiku. Nenek dengan tekun melatihnya. Ia mengajarinya banyak hal
dengan teliti.
Ayah belajar bagaimana untuk menganti
popokku, bagaimana untuk membuatku mandi dengan benar lalu membuat susu
yang baik bagiku. Bersama kedua malaikat itu, aku pun tumbuh dengan
berjalannya waktu. Mereka berdua bergantian menjagaku, bila ayah harus
bekerja, nenek dengan siaga menjagaku begitu sebaliknya bila nenek
sedang beristirahat, ayah akan menjagaku dengan sungguh-sungguh agar
tidak menangis dan menganggu istirahat nenek.
Sampai akhirnya
ketika usiaku menginjak 3 tahun. Ayah mulai merasa aneh dengan sikapku
yang selalu tidak peduli terhadap panggilannya.
Ia
memberikan aku banyak mainan boneka dan aku sangat suka bermain dengan
boneka-boneka yang ayah bawakan setiap ia pulang kerja. Disaat aku
bermain boneka, ayah memandangku. Sedangkan nenek sedang membuatku aku
bubur untuk makan malamku.
“ Angel ..” teriak ayah padaku yang sedang asyik bermain boneka sapi kartun lucu.
Ia
kemudian mendekatiku, lalu membelakangi tubuhku, ia mengunakan dua
tangannya diatas kepalaku. Sambil menepuk keduanya dengan kencang tepat
di belakang kepalaku. Ayah melakukannya berulang-ulang hingga ia
berhenti dan menarik nafas panjang. Nenek melihat tingkah ayah dan
bertanya.
“ Sedang apa kamu Martin?” nama ayahku.
“ Ibu, aku
merasa Angel tidak bisa mendengar apa yang aku lakukan, bahkan ia tidak
bisa merespon tepukan tangan tepat di belakangnya. Bila ia bisa
mendengar.. harusnya ia akan terkejut..tapi ia diam saja.”
Nenek meletakan bubur di mangkok tangannya diatas meja.
“ Ibu juga merasa ada yang tidak beres, bagaimana kalau kita coba bawa ke dokter. Mungkin mereka bisa menemukan jawabannya..”
“ Baiklah bu. Aku akan mandi setelah ibu kita pergi..”
Sesungguhnya
perasaan cemas aku tidak bisa merespon dan mendengar apapun yang ayah
perintahkan sudah sejak lama ayah simpan. Tapi ia mencoba berpikir
positif hingga akhirnya hari ini ia benar-benar harus mencoba mencari
tau apa yang terjadi padaku. Setelah aku menikmati semangkok bubur dan
merasa kenyang aku tertidur dan ketika terbangun, aku sudah ada di rumah
sakit dengan dokter yang sedang memeriksa telingaku dengan sentel kecil
berwarna putih yang cukup aneh bagiku. Dokter perempuan itu tersenyum
padaku lalu aku langsung diajak oleh nenekku untuk jalan-jalan disekitar
ruangan rumah sakit.
Ayah berbicara dengan dokter Intan yang adalah spesialis telinga.
“ Bagaimana Dok, dengan kondisi Angel, mengapa dia tidak bisa merespon panggilan dan perintah?”
“ Dengan sangat menyesal saya harus mengatakan kalau anak bapak adalah seorang tunarungu..”
“ Tunarungu.. bagaimana bisa?”
“
Melihat catatan kelahiran dan kesehatannya, anak bapak yang lahir
secara prematur memiliki banyak hal yang bisa terjadi, tunarungu adalah
salah satu yang bisa terjadi pada setiap anak-anak yang terlahir secara
prematur.”
Ayah terdiam.
“ Bapak tidak perlu bersedih
ataupun panik, saat ini sudah banyak pendidikan dan orang yang hidup
dengan kondisi yang sama dengan anak bapak tapi bisa memiliki masa depan
yang baik. Bila sejak dini kita mendidik dan mengajarinya, kelak anak
itu akan tumbuh seperti anak-anak normal lainnya..”
“ Tapi keadaan
ini sangat membuat saya sedih, kasihan anak itu, ia tidak menyadari
keadaanya, apa yang harus saya lakukan untuk memberitahunya. Bagaimana
caranya ia tau apa yang harus saya jelaskan sedangkan dia sendiri tidak
bisa mendengar dan bahkan mengerti apa yang saya katakan.”
“
Begini saja, saya memiliki seorang kenalan yang sudah berpengalaman
untuk mendidik dan bagaimana caranya menjadi orang tua tunarungu,
mungkin ia akan membantu bapak dalam masalah ini.”
Dengan
wajah sedih ayah menerima tawaran dokter itu pada kenalannya. Ia keluar
dari ruangan dokter dan aku bersama nenek langsung mendekatinya. Nenek
bertanya kepada ayah yang tampak murung.
“ Bagaimana hasilnya, Tin?”
“ Angel positif tunarungu, Bu..”
Nenek
ingin menangis ketika mendengarkan kalimat itu keluar dari mulut ayah
tapi ia tidak ingin membuat ayah lebih bersedih. Disaat seperti ini,
hanya dialah orang yang bisa menghibur dan menguatkan hati ayah untuk
terus bersemangat membesarkanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar